Menurut Hamidi: 2003, dalam harga penawaran, jatuh tempo, pokok obligasi saat
jatuh tempo, dan rating antara Obligasi Syariah dengan Obligasi Konvensional
tidak ada bedanya.
Perbedaan keduanya terdapat pada pendapatan dan return, yang dapatb dijelaskan sebagai berikut:
Perbedaan keduanya terdapat pada pendapatan dan return, yang dapatb dijelaskan sebagai berikut:
Keterangan
|
Obligasi Syariah
|
Obligasi
Konvensional
|
Harga Penawaran
|
100%
|
100%
|
Jatuh Tempo
|
5 tahun
|
20 tahun
|
Pokok Obligasi saat jatuh tempo
|
100%
|
100%
|
Pendapatan
|
Bagi Hasil
|
Bunga
|
Return
|
15,5-16% indikatif
|
15,5-16% tetap
|
Rating
|
AA+
|
AA+
|
Perbandingan kedua obligasi tersebut di atas dengan
memasukkan obligasi mudarabah dan obligasi ijarah sebagai
berikut:[1]
Perbandingan Obligasi dan Sukuk
Obligasi
Konvensional
|
Syariah
Mudharabah
|
Syariah Ijarah
|
|
Akad (Transaksi)
|
Tidak Ada
|
Mudharabah (Bagi
Hasil)
|
Ijarah (Sewa/Lease)
|
Jenis Transaksi
|
-
|
Uncertainty
Contract
|
certainty Contract
|
Sifat
|
Surat Hutang
|
Investasi
|
Investasi
|
Harga Penawaran
|
100%
|
100%
|
100%
|
Pokok Obligasi saat Jatuh Tempo
|
100%
|
100%
|
100%
|
Kupon
|
Bunga
|
Pendapatan/Bagi
Hasil
|
Imbalan/Fee
|
Return
|
Float/Tetap
|
Indikatif
berdasarkan Pendapatan/Income
|
Ditentukan
sebelumnya
|
Fatwa Dewan Syariah Nasional
|
Tidak Ada
|
No.
33/DSN-MUI/IX/2002
|
No:
41/DSN-MUI/III/2004
|
Jenis Investor
|
Konvensional
|
Syariah/Konvensional
|
Syariah/Konvensional
|
Departemen Keuangan (2010) mengemukakan perbedaan
obligasi dan sukuk sebagai berikut:
Deskripsi
|
Sukuk
|
Obligasi
|
Penerbit
|
Pemerintah, Korporasi
|
Pemerintah, Korporasi
|
Sifat Instrumen
|
Sertifikat
kepemelikan/penyertaan atas suatu aset
|
Instrumen pengakuan hutang
|
Penghasilan
|
Imbalan, bagi hasil, margin
|
Bunga/kupon, capital gain
|
Jangka waktu
|
Pendek-menengah
|
Menengah-panjang
|
Underlying asset
|
Perlu
|
Tidak perlu
|
Pihak yang terkait
|
Obligor, SPV, investor, trustee
|
Obligor/issuer, investor
|
Price
|
Market price
|
Market price
|
Investor
|
Islami, konvensional
|
Konvensional
|
Pembayaran pokok
|
Bullet atau amotisisasi
|
Bullet atau amortisisasi
|
Penggunaan hasil penerbitan
|
Harus sesuai syariah
|
Bebas
|
Selain itu, untuk mempertegas perbedaan keduanya,
dapat dilihat dalam pelaksanaanya, yaitu haruslah sesuai dengan prinsip
syariah. Bahwa secara umum, ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah
adalah sebagai berikut:[2]
- Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi hasi atau revenue sharing serta pembayaran utang pokok pada saat jatuh tempo.
- Obligasi syariah mudarabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada bentuk pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya serta pendapatan yang diterima harus bersih dari unsure non-halal.
- Nisbah (rasio bagi hasil) harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum penerbitan obligasi tersebut.
- Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodic atau sesuai ketentuan bersama, dan pada saat jatuh tempo hal itu diperhitungkan secara keseluruhan.
- Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh DPS atau oleh Tim Ahli syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI.
- Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau melanggar syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana investor dan harus dibuat surat pengakuan utang.
- Apabila Emiten berbuat kelalaian atau cedera janji, maka pihak investor dapat menarik dananya.
- Hak kepemilikan obligasi syariah mudarabah dapat dipindahtangankan kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.
No comments:
Post a Comment